KITA TERLAHIR SEBAGAI PEMENANG

Seringkali aku merasa kalah, merasa dibawah atau apapun yang mengecilkan arti diriku sendiri, terlebih pada saat menghadapi suatu permasalahan yang sangat berat.
Kadangkala aku berdiam diri didalam kamar dalam keadaan depresi berat manakala aku mengalami kegagalan, aku menangis sedih, bertanya-tanya pada tuhan mengapa aku dibiarkan kalah dan oranglain diberi kesempatan menang, mengapa aku kehilangan sementara oranglain memperoleh semakin banyak dan sebagainya kecamuk dalam segala pertanyaan-pertanyaanku, hingga akhirnya aku tertidur lelah memikirkan segalanya.

Keadaan demikian dapat bertahan berhari-hari, hingga pada akhirnya dapat kulupakan perlahan kegagalan itu, dan suatu pagi mencoba beranjak keluar kamar, untuk sekedar berkeliling tanpa arah tujuan yang pasti.

Jakarta yang panas dan tidak pernah lepas dari macet membuatku cepat lapar setelah berkeringat banyak diantara panas dan macet jalanan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Aku belokkan sepeda motorku ke sebuah warung makan disebuah jalan tikus, disana kudapati ada bangku kosong diantara orang-orang yang memiliki hasrat yang sama denganku, mengisi perutnya dan melepas letih.

Sambil menyantap makan, seorang pria paruh baya yang duduk disampingku sambil merokok dan menghirup secangkir kopi didepannya, awalnya aku tak perduli, tapi ada sesuatu yang menarik perhatianku. Orang itu nampak tenang sekali meski satu-satu peluh keringat masih nampak dipelipisnya …………………………………….. (BELUM SELESAI – Episode KISAH SI PAK TUA).

Kita pernah memperoleh pelajaran Biologi di sekolah mengenai reproduksi - pembuahan., dan mungkin pengetahuan itu sudah hampir terlupakan dimasa kita dewasa dan menjalani hidup dengan ritme rutinitas yang beranjak menaik atau menurun dan atau ritme yang konstan.

Pada mulanya, kita merupakan perpaduan dua buah sel, sel sperma dan sel telur. Dan bukankah kita terbentuk dari satu sel sperma, ya, hanya satu sel saja diantara ± 3 juta sel lainnya yang dapat membuahi satu buah sel telur. Sebuah persaingan yang sangat berat, antara hidup dan mati, satu mengalahkan ± 3 juta lainnya. Dan tentunya satu sel itu adalah sel yang paling kuat menghadapi hambatan cairan asam kuat yang dapat membunuh setiap sel yang melaluinya.

Ya, tiap-tiap kita merupakan bagian dari pemenang. Kita pastinya bagian dari pemenang, karena yang kalah pasti tersingkir, dan kita tidaklah dari bagian yang kalah.

Tidakkah kita dapat belajar untuk menghargai perjuangan sel awal diri kita? Maka seharusnya kita yang terdiri dari bermilyar sel dapat mencontoh dan mengikuti perjuangan hidup – mati dari sel tunggal tersebut.

Jadikan setiap sel dalam tubuh kita – mulai dari sel di ujung rambut hingga sel diujung kulit kaki , sesuai dengan fungsi dan perannya, merupakan bagian unggul yang dapat kita koordinasikan, kita kendalikan untuk selalu menjadi pemenang dalam kehidupan.

Maka..aku pun tersenyum dan seraya bergumam... Ya, aku terlahir sebagai pemenang ..

Tidak ada komentar: